Ledakan Besar. Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh
para ahli kosmologi berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam
semesta.
Dennis Sciama, yang membela teori keadaan ajeg (steady-state)
bersama Fred Hoyle selama bertahun-tahun, menggambarkan posisi
terakhir yang mereka capai setelah terkumpulnya semua bukti tentang
teori Ledakan Besar. Sciama mengatakan bahwa ia telah ambil bagian
dalam perdebatan sengit antara para pembela teori keadaan ajeg dan
mereka yang menguji dan berharap dapat menyangkal teori tersebut.
Dia menambahkan bahwa dulu dia membela teori keadaan ajeg bukan
karena menganggap teori tersebut benar, melainkan karena berharap
bahwa teori itu benar. Fred Hoyle bertahan menghadapi semua
keberatan terhadap teori ini, sementara bukti-bukti yang berlawanan
mulai terungkap. Selanjutnya, Sciama bercerita bahwa pertama-tama ia
menentang bersama Hoyle. Akan tetapi, saat bukti-bukti mulai
bertumpuk, ia mengaku bahwa perdebatan tersebut telah selesai dan
teori keadaan ajeg harus dihapuskan.
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan
bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta
bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman
Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali
menerima teori Dentuman Besar.
Dengan kemenangan teori Dentuman Besar, konsep “zat yang kekal” yang
merupakan dasar filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah
sejarah. Jadi, apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan
apakah yang menjadikan alam semesta ini “ada” melalui sebuah
dentuman besar, jika sebelumnya alam semesta ini “tidak ada”?
Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington,
adanya fakta “yang tidak menguntungkan secara filosofis” (tidak
menguntungkan bagi materialis), yaitu adanya Sang Pencipta. Athony
Flew, seorang filsuf ateis terkenal, berkomentar tentang hal ini
sebagai berikut:
Semua orang tahu bahwa pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena
itu, saya akan memulai dengan mengaku bahwa kaum ateis Stratonician
telah dipermalukan oleh konsensus kosmologi kontemporer. Tampaknya
ahli kosmologi memiliki bukti-bukti ilmiah tentang hal yang menurut
St. Thomas tidak dapat dibuktikan secara filosofis; yaitu bahwa alam
semesta memiliki permulaan. Sepanjang alam semesta dapat dianggap
tidak memiliki akhir maupun permulaan, orang tetap mudah menyatakan
bahwa keberadaan alam semesta, dan segala sifatnya yang paling
mendasar, harus diterima sebagai penjelasan terakhir. Meskipun saya
masih percaya bahwa hal ini tetap benar, tetapi benar-benar sulit
dan tidak nyaman mempertahankan posisi ini di depan cerita Dentuman
Besar.
Banyak ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis,
telah mengakui keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam
semesta. Sang Pencipta pastilah Dia yang menciptakan zat dan
ruang/waktu, tetapi Dia tidak bergantung pada ciptaannya. Seorang
ahli astrofisika terkenal bernama Hugh Ross mengatakan:
Jika waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti
yang dikatakan teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah
suatu wujud yang bekerja dalam dimensi waktu yang benar-benar
independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi waktu kosmos.
Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang siapakah
Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan
bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak
berada di dalamnya
Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia
yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia
adalah Raja di surga dan di bumi.
Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia
turunkan kepada kita manusia empat belas abad lalu untuk menunjukkan
keberadaan-Nya.
Kesempurnaan Di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk:
3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung
jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian,
semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar
pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya
masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar
bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam
beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para
astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada
keteraturan alam semesta.
Di seluruh alam semesta, besarnya kecepatan benda-benda langit ini
sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Jarak
di ruang angkasa sangatlah besar bila bandingkan dengan pengukuran
yang dilakukan di bumi. Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu
digambarkan dalam angka saja oleh ahli matematika, bintang dan
planet yang bermassa miliaran atau triliunan ton, galaksi, dan gugus
galaksi bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat
tinggi.
Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata
1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru tercepat memiliki
kecepatan rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak sangat
cepat meskipun ukurannya sangat besar.
Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kurang-lebih enam kali
lebih cepat dari peluru, yakni 108.000 km/jam. (Andaikan kita mampu
membuat kendaraan yang dapat bergerak secepat ini, kendaraan ini
dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)
Namun, angka-angka ini baru mengenai bumi saja. Tata surya bahkan
lebih menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di
luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran
suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya
beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam.
Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang,
adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.
Kecepatan yang luar biasa ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di
ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit,
kecelakaan besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan
Allah dalam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki “cacat”
atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga segala sesuatu
yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini
bekerja sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah.
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal
Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian
itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta
segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala
sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi
Maha Mengetahui. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti
yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak
melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya.”
(QS. AlAn’am: 101-104)
Orbit Dan Alam Semesta Yang Berotasi
Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam
semesta, tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa
sesuai dengan orbit atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui
akhir-akhir ini, orbit ini telah ada di dalam Al Quran:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya.” (QS. Al Anbiya:33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam
sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur
seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga
bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan
tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya.
Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang
sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya
sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review