Pisang merupakan salah satu buah-buahan dari tanaman tropis yang sangat digemari oleh masyarakat kita karena kandungan gizi buah pisang tinggi. Kandungan gizi buah pisang lengkap yaitu untuk 100 gram mengandung 1,3 gram protein, 0,2 gram lemak, 465 kalori, 11 mg kalsium, 0,5 gram serat, vitamin A, B2, B6, C dan 70 gram air. Buah pisang baik untuk bayi sampai orang lanjut usia. Buah pisang dapat dimakan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan. Konsumsi buah pisang per kapita per tahun di Indonesia cenderung menurun sejak tahun 1990 sebesar 13,83 kg, tahun 1993 sebesar 12,58 kg, tahun 1996 sebesar 9,5 kg dan tahun 1999 hanya sebesar 8,27 kg. Penurunan konsumsi buah pisang tersebut kemungkinan disebabkan oleh produksi buah pisang tidak sebanding dengan meningkatnya kebutuhan akibat perkembangan jumlah penduduk, walaupun data yang ada menunjukkan adanya peningkatan produksi.
Usaha meningkatkan produksi buah pisang di beberapa daerah mendapat hambatan dengan adanya serangan beberapa penyakit, sehingga perlu mendapat perhatian khusus karena penularan penyakit tersebut sangat cepat. Salah satu cara penanggulangan penyebaran penyakit adalah dengan penyediaan benih bermutu yang bebas penyakit. Perbanyakan benih pisang bermutu yang bebas penyakit tentunya diperlukan ketelitian dari penentuan pohon induk, cara perbanyakan dan pemeliharaan sampai saat benih tersebut disalurkan.
Dalam perbanyakan benih pisang perlu diperhatikan :
1. Pohon induk
2. Cara perbanyakan
3. Legalisasi mutu
1. Pohon Induk
Perbanyakan benih pisang bebas penyakit diperlukan pohon induk yang produksi dan kualitasnya tinggi serta berasal dari areal pertanaman yang benar-benar bebas dari penyakit. Para petani atau pedagang benih biasanya mendapatkan benih yang berasal dari kebun produksi, sehingga belum menjamin benih tersebut bebas dari penyakit. Untuk mendapatkan benih pisang dalam jumlah yang banyak, perlu dibuat kebun induk yang dipelihara secara intensif dan sedapat mungkin terisolasi jauh dari kebun pisang lainnya, sehingga pohon induk terbebas dari serangan penyakit yang menular dan terbawa benih.
Pohon induk telah terdaftar di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) sehingga terjamin kemurnian (jenis dan varietasnya) dan bebas dari penyakit menular.
Penyakit penting di tanaman pisang yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan atau pemilihan pohon induk pisang adalah sebagai berikut:
a. Layu Fusarium/Panama Disease (Fusarium oxysporum f.sp.cubense (E.F. Smith Snyder & Hansen)
Gejala:
Cendawan yang disebut F. Oxysporum menyerang jaringan empulur batang melalui akar yang luka. Batang yang sakit akan banyak kehilangan cairan dan berubah warna menjadi kecoklatan, bagian tepi bawah daun menjadi kuning tua (layu), merambat ke bagian dalam secara cepat sehingga seluruh permukaan daun menguning.
Tangkai daun patah di bagian pangkalnya yang berbatasan dengan batang palsu. Kadang- kadang lapisan luar dari batang palsu terbelah mulai dari permukaan tanah. Jika pangkal batang dibelah membujur terlihat garis coklat atau hitam menuju kesemua arah dari pangkal batang (bonggol) ke atas, melalui jaringan pembuluh pangkal dan tangkai daun. Apabila bonggol pisang yang sakit dibongkar akan nampak sebagian besar leher akar berlubang berwarna hitam-hitam.Tanaman yang terserang tidak mampu berbuah atau bila berbuah tidak terisi.
Tanaman inang:
- Heliconia caribea (Musaceae).
- Cendawan dapat ditemukan pada akar beberapa jenis gulma yang tumbuh berasosiasi dengan tanaman pisang namun ternyata hanya bersifat sapropit atau parasit ringan untuk sekedar bertahan selama tidak ada tanaman pisang.
b. Layu bakteri/Moko Disease
Palstonia (Pseuodomonas) solanacearum E.F. Smith pv. celebensis
Gejala:
Timbulnya gejala serangan bakteri P. solanaearum pada daun biasanya baru tampak setelah munculnya tandan buah atau fase generatif.
Mula-mula daun muda berubah warna, dari ibu tulang daun keluar garis coklat kekuning-kuningan ke tepi daun. Dalam waktu satu minggu semua daun menguning lalu menjadi coklat.
Gejala pada batang pisang:
Cairan merah keluar melalui luka pada batang, adakalanya cairan keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang.
Pada buah gejalanya agak lambat, pada umumnya saat buah hampir menyelesaikan proses pemasakan. Buah tampak seperti dipanggang, berwarna kuning coklat, layu dan busuk. Buah yang terserang isinya terlarut sedikit demi sedikit dan berisi cairan seperti lendir merah kecoklatan.
Tanaman inang:
Sampai saat ini sudah diketahui lebih dari 200 species tanaman dapat diserang oleh bakteri ni, diantaranya tanaman tembakau, kentang, tomat, terung, cabai, kacang-kacangan, tanaman hias dan berbagai jenis gulma.
c. Bercak daun/Sigatoka/Black Leaf Streak Cendawan (Mycosphaerella musicola Mulder).
Gejala:
Gejala awal sangat jelas pada daun ketiga atau keempat dari pucuk yaitu mula-mula timbul bintik-bintik kuning pada tepi daun.
Bintik-bintik melebar menjadi noda kuning tua kemerahan sampai kehitaman, sehingga seluruh helaian daun menbjadi kuning.
Namun sepanjang urat daun utama (pelepah atau tangkai daun) biasanya berwarna hijau.
Daun menjadi lebih cepat kering dan buah matang sebelum waktunya.
d. Kerdil pisang/Bunchy top Virus
Gejala:
Daun mudah tampak lebih tegak, pendek, sempit, dan tangkainya lebih pendek dari yang normal.
Daun menguning sepanjang tepinya, laslu mengering, daun menjadi rapuh dan mudah patah.
Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset padsa ujung batang palsunya.
Tanaman inang:
-Virus :abaca (Musa textiles), Heliconia spp, bunga tasbih (Canna spp);
-Serangga penular (vector): abaca, heloconia, keladi (Colacasia spp), bunga tasbih, lengkuas (Languas speciosa), pacing (Castus mexicanus), dan temu-temuan (Zingiber spp).
2. Cara perbanyakan
Perbanyakan benih pisang dapat dilakukan secara konvensional (pemisahan anakan dari induknya, pembelahan bonggol) dan kultur jaringan.
Perbanyakan benih dengan anakan paling banyak digunakan oleh petani karena mudah dilaksanakan, namun perolehan benih sedikit dan tidak seragam sehingga kurang efisien dalam skala usaha yang luas.
Perbanyakan benih melalui kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi karena menggunakan sarana dan bahan yang steril, sehingga memerlukan modal yang cukup banyak.
Kedua cara tersebut di atas dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan.
Kedua cara perbanyakan tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
Cara perbanyakan
Keuntungan
Kerugian
Anakan (konvensional)
- Biaya murah
- Perolehan bibit per pohon sedikit
- Memerlukan waktu yang cukup lama
Kultur jaringan
- Dapat memproduksi dalam jumlah yang banyak
- Kecil kemungkinan terinfeksi penyakit
- Lebih cepat berbuah
- Biaya mahal
Perbanyakan secara konvensional:
Benih rebung:
Bentuk benih berupa tunas yang belum berdaun, tinggi antara 20 – 40 cm.
Cara ini mudah melakukan pembongkaran karena tunas masih kecil dan berada di dekat permukaan tanah.
Benih anakan muda
Berupa tunas yang sudah keluar daun, tetapi daunnya masih menggulung sehingga menyerupai pedang, tingginya antara 41 – 100 cm.
Benih anakan sedang
Berupa tunas yang telah berdaun mekar sehelai, tingginya antara 101 – 150 cm.
Benih anakan dewasa
Anakan yang telah berdaun lebih dari dua helai, tingginya antara 151 – 175 cm.
Cara perbanyakan ini sulit didapatkan dalam jumlah banyak secara serempak dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Benih dari belahan bonggol
Berupa benih dari persemaiann belahan bonggol yang pohonnya telah dipungut hasilnya.
Keuntungan dari cara perbanyakan dengan belahan bonggol sebagai berikut:
· Memperoleh benih dalam jumlah banyak dan bentuknya seragam;
· Memudahkan pengangkutan;
· Tahan lama dalam penyimpanan;
· Memudahkan perlakuan benih untuk pencegahan serangan OPT.
Tahapan pembuatan benih
Tunas anakan:
- Tentukan pohon induk yang unggul dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit (telah diregistrasi oleh BPSBTPH);
- Pilih anakan segar dan sehat, kemudian bongkar dengan menggunakan cangkul atau linggis
- Kumpulkan benih pada tempat yang teduh, bersihkan akar beserta tanahnya, kurangi daunnya, seleksi menurut besar dan tingginya benih untuk mendapatkan benih yang seragam
- Celupkan benih ke dalam larutan formalin 5% selama 20 menit atau ke dalam air panas 55° C selama 30 menit.
- Angkat dan kering anginkan benih di tempat yang teduh.
- Benih dapat ditanam langsung (anakan dewasa) atau ditanam dalam polybag (tunas anakan/ rebung).
Benih belahan bonggol
- Tentukan pohon induk yang unggul dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit (telah diregistrasi oleh BPSBTPH);
- Bongkar pohon/bonggol dengan alat cangkul atau linggis;
- Bersihkan bonggol dari tanah dan akar-akar yang masih menempel secara hati-hati agar mata tunas tidak rusak;
- Potong batang semu dan sisakan 10 – 12,5 cm di atas pangkal bonggol;
- Periksa warna bonggol pada bekas potrongan. Bila berwarna putih menunjukan bonggol itu sehat;
- Potong atau belah bonggol tersebut arah membujur sehingga menjadi beberapa belahan bonggol dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm. Tiap belahan bonggol minimal memiliki satu mata tunas atas.
- Masukan belahan bonggol kedalam air panas 55° C selama 60 menit dan masukan kedalam larutan ZPT IBA 20 ppm selama 60 menit. Tujuan merendam ke dalam air panas adalah untuk menghilangkan hama penyakit dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan tunas.
- Angkat dan kering anginkan benih di tempat yang teduh dengan menggunakan alas plastik atau tempat dari bambu;
- Selanjutnya benih dapat ditanam di pesemaian atau ditanam dalam polybag sebelum ditanam di lapangan. Benih asal belahan bonggol biasanya setelah berumur 3 bulan telah keluar daun 2 – 3 helai.
3. Legalisasi mutu
Untuk menambah kepercayaan para konsumen (petani pemakai benih) mengenai mutu benih yang akan dipasarkan perlu adanya legalisasi tentang mutu dengan cara memberikan label/ sertifikat setiap benih yang akan disalurkan.
Tahapan pelaksanaan pelabelan benih:
- Pemeriksaan lapangan bertujuan untuk mengetahui kebenaran sumber benih atau pohon induk dan teknis pelaksanaan perbanyakan benih.
- Pemasangan label dilakukan setelah calon benih telah lulus pemeriksaan lapangan.
Waktu pemeriksaan lapangan sebagai berikut:
· Pemeriksaan pendahuluan: dilakukan sebelum pengambilan tunas;
· Pemeriksaan I: dilakukan saat pelaksanaan pengambilan tunas;
· Pemeriksaan II: dilkakukan saat proses pemeliharaan;
· Pemeriksaan III: dilakukan 7 hari sebelum salurkan.
Persyaratan untuk pengajuan pelabelan:
· Pengajuan permohonan pelabelan dilakukan 10 hari sebelum pengambilan tunas;
· Surat permohonan pelabelan dilampiri dengan :
- Bukti asal usul benih sumber;
- Peta/denah lokasi penangkaran;
- Rencana cara perbanyakan yang akan digunakan.
· Setiap tahan pemeriksaan lapangan, pemohon memberitahukan kepada pengawas benih untuk dilakukan pemeriksaan.
Referensi
Anonim, Penyebaran penyakit penting pada tanaman hortikultura (buah-buahan), Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Dit. Jen. Pertanian Tanaman Pangan, 1994.
Anonim, Pedoman pengenalan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman buah-buahan (tanaman pisang, mangga dan rambutan), Dit. Jen. Bina Produksi Hortikultura, 2002;
Anonim, Berkebun pisang intensif, Trubus. 2002.
Supriyadi Ahmad, Ir. Dan Suyati Satuhu, B.Sc. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar.
Sukarsa, E. Dan Hidayat, Y. 2008. Modul Pembenihan Tanaman Pisang. Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembasng, Badan Pengembangan SDM Pertanian.